top of page

Sejarah Childfree dan Perkembanganya. Bagaimana di Indonesia?

  • Writer: Wahyu Hidayat
    Wahyu Hidayat
  • Feb 19, 2023
  • 3 min read

Updated: Feb 2, 2024


Belakangan ini istilah childfree kian marak di tengah masyarakat setelah seorang konten kreator Gitasav mengungkapkan bahwa dirinya dan suaminya sepakat untuk childfree. Keputusan tersebut menuai banyak hujatan dan kritikan oleh banyak orang karena dianggap melanggar agama dan norma. Lalu, apa itu childfree? bagaimana sejarahnya dan perkembanganya?


Segala sesuatu yang diangkat di media sosial dan dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan dengan masyarakat umum akan selalu menjadi topik perbincangan yang karena dianggap kontroversi dan menyimpang dari tatanan kebiasan masyarakat luas. Jadi tidak heran saat Gitasav mengumumkan untuk childfree, jagad dunia maya khususnya Indonesia geger, ada netizen yang tidak setuju dan juga yang setuju.


Jadi apa si Childfree itu? childfree adalah dimana Wanita yang sudah menikah memutuskan untuk tidak memiliki anak karena berbagai alasan dan pertimbangan. Menurut kamus oxford istilah childfree adalah merupakan suatu kondisi di mana seseorang atau pasangan tidak memiliki anak karena alasan yang utama yaitu pilihan. Sedangkan menurut kamus Cambridge, childfree adalah kondisi dimana pasangan memutuskan tidak memiliki anak.


Selain ada istilah childfree ada juga istilah childless, yaitu kondisi dimana seseorang yang ingin menjadi orang tua tapi kendala karena faktor biologis. Menurut Tessaloro childless adalah keadaan dimana seseorang ingin mempunyai keturunan tapi terhalang karena faktor eksternal, seperti keguguran, dan juga biologis serta psikologis.


Jadi jangan sampai keliru antara childfree dengan childless.


Dalam sejarahnya, childfree muncul dan berkembang di kalangan Wanita eropa dimana mereka lebih fokus untuk berkarir dan memilih untuk menunda pernikahan. Hal ini muncul dan populer pada tahun 1500 dan kemudian merambah di amerika serikat. Bahkan menurut sejarawan Rachel chrastil, childfree pada masa itu sudah menjadi hal yang umum dimana sempat ditandai dengan menurunnya jumlah populasi di tahun 1800 yang dikarenakan pesatnya industri dan ekonomi. Sedangkan untuk konsep childfree dimasa sekarang, Wanita cenderung tetap childfree meski sudah menikah karena merasa kualitas hidup dan ekonomi sudah baik, ditambah semakin banyaknya keterlibatan Wanita dalam dunia industri.


Tren Childfree dalam perkembanganya pun mengalami naik turun. Pada paska perang dunia II angka kelahiran naik drastis yang secara otomatis jumlah penduduk duniapun meningkat. Dan kembali mengalami penurunan setelahnya seiring berjalanya waktu dimana perkembangan teknologi pada alat kontrasepsi semakin canggih seperti kondom, pil KB, dan lain sebagainya meski tidak ditandai dengan turunya jumlah penduduk secara drastis.

Di era sekarang, perkembangan childfree di dunia berbeda-beda di setiap negara. Hal ini ditandai dengan angka kelahiran yang juga berbeda-beda. Tapi untuk negara maju angka kelahiran cenderung lebih menurun karena tren Childfree semakin berkembang dan populer di negara maju, seperti amerika serikat, negara-negara di eropa seperti Monaco, Jerman, Italia dan sedangkan di asia sendiri ada korea selatan dan jepang.


Pada dasarnya konsep childfree yang berkembang di dunia terutama negara maju tidak serta merta karena ekonomi atau fokus karir saja, akan tetapi karena berbagai kondisi dan pertimbangan yang lebih kompleks kenapa orang memutuskan untuk childfree, seperti trauma masa lalu, menganggap bahwa dunia ini sudah overpopulasi, emisi karbon dan menganggap bahwa dunia ini kejam dan sudah tidak aman lagi untuk anak-anak.


Dari perkembangan awal mula childfree hingga era sekarang ini, bagaimana perkembanganya di Indonesia?


Perkembangan Childfree di Indonesa

Istilah childfree itu sendiri belum begitu populer di masyarakat Indonesia atau dikenal secara luas. Tapi istilah ini cukup dikenal dikalangan para feminisme di Indonesia, bahkan menjadi agenda khusus dalam konsep memperjuangakan kesetaraan gender dimana Wanita bebas menjadi ibu dengan memiliki atau tidak memiliki anak.


Istilah ini mulai ramai di Indonesia sejak beberapa tahun belakangan akan tetapi belum seramai seperti sekarang setelah gitasav mengumumkan untuk childfree. Sebagai contoh artis Cinta Laura dalam wawancaranya di Kick Andi mengatakan bahwa dirinya memutuskan untuk childfree karena dunia ini sudah overpopulasi, kalaupun dia ingin memiliki anak lebih baik pilih adopsi anak.


Menurut BKKBN sendiri fenomena childfree di Indonesia dinilai belum terlalu mengkhawatirkan jika merajuk pada sensus long form sensus penduduk indonesia tahun 2020 yang angka kelahiran total berada di 2,18 poin.


Dengan begitu, childfree belum begitu berkembang dan populer di Indonesia. Selain itu, konsep childfree masih dianggap tabu oleh Sebagian besar masyarakat Indonesia. Masyarakat kita beranggapan bahwa esensi dari pernikahan selain meyatukan dua keluarga besar adalah untuk berkembang biak. Jadi Ketika ada orang yang menikah dan memutuskan tidak memiliki anak seringkali disalahkan dan dibenturkan menyalahi norma, adat, bahkan agama.


Ditambah anggapan anak adalah orang yang akan merawat kita saat tua dan masih banyak anggapan-anggapan lainnya, Seperti masyarakat jawa menganggap banyak anak banyak rejeki, Karena dengan banyaknya anak maka nanti akan menciptkan banyak pekerja otomatis akan menghasilkan uang banyak.


Meski demikian, ada juga yang tetap memutuskan childfree meski harus menghadapi tantangan dalam bermasyarakat seperti diskriminasi, cibiran dan gunjingan. Seringkali orang yang memutuskan childfree di Indonesia dianggap egois karena sudah menikah, mempunyai badan sehat tapi tidak mau memiliki anak.


memutuskan untuk childfree atau tidak itu adalah pilihan dan sangat personal. Karena setiap orang memiliki hak atas dirinya. Semua Kembali ke diri masing-masing dan selalu ada alasan tersendiri dibalik kenapa lebih memilih childfree. Jadi antara childfree dan tidak childfree itu tidak ada yang salah selama mampu menanggung segala resiko serta konsekuensi baik positif ataupun negatif dari segi ekonomi, fisik, psikologis dan Kesehatan.

Comentários


Subscribe untuk mendapat artikel terupdate

Terimakasih

bottom of page